Sabtu, 29 November 2014

Isnin, 7 Jun 2010

11 september muncul lagi...

Blog ini akan di'update'kan semula.......tapi bila?

Ahad, 15 November 2009

KAEDAH-KAEDAH DALAM BERJIHAD


Oleh
Syaikh Prof. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad


Ini adalah pembahasan yang sangat penting dalam masalah jihad, yaitu memahami bahwa jihad yang disyariatkan dalam Islam adalah yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan syarat-syarat yang dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta atsar para Salafush Shalih. Tidak sempurna jihad dijalan Allah dan tidak akan termasuk amal shalih tanpa memperhatikan syarat-syarat tersebut.

Diantara kaidah-kaidah serta syarat-syarat jihad adalah sebagai berikut.

[1]. Jihad harus dilandasai oleh dua hal yang merupakan syarat diterimanya amal ibadah, yaitu ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima jihadnya seseorang hingga dia mengikhlaskan niatnya karena Allah dan mengharapkan keridhoanNya. Jika dia hanya mengharapkan dengan jihadnya tersebut keuntungan pribadi atau jabatan atau yang lainnya dari perkara-perkara dunia maka jihadnya ini tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula, Allah tidak akan menerima jihad seseorang apabila dia tidak mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berjihad. Seseorang yang ingin berjihad haruslah terlebih dahulu memahami bagaimana dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjihad kemudian dia mencontohnya.

[2]. Jihad tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuan disyariatkannya jihad yaitu untuk meninggikan kalimat Allah dan agar agama ini hanyalah milik Allah, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya : Wahai Rasulullah ! ada seseorang yang berperang karena keberaniannya, ada lagi karena fanatik (golongan), ada juga karena riya, mana diantara mereka yang termasuk berjihad di jalan Allah ? maka beliau menjawab : “Barangsiapa yang berperang di jalan Allah agar kalimat Allah tinggi maka dia di jalan Allah” [Hadits Riwayat Bukhari 7458 dan Muslim 1904]

[3]. Jihad haruslah diiringi dengan ilmu dan pemahaman agama yang baik, karena jihad termasuk semulia-mulianya ibadah dan ketaatan. Dan ibadah tidaklah sah tanpa ilmu dan pemahaman agama. Oleh karena itulah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata : “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia lebih banyak merusak daripada memperbaiki”. Disebutkan dalam atsar bahwa : “Ilmu adalah imam/pemimpin amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya”. Hal ini sebenarnya sudah jelas, karena jika tujuan dan perbuatan tidak diiringi dengan ilmu, maka hal tersebut hanyalah kebodohan dan kesesatan serta mengekor kepada hawa nafsu. Maka harus diketahui hakekat jihad yang sebenarnya, tujuan jihad, macam-macam jihad dan tingkatan-tingkatannya, serta harus dipahami keadaan musuh yang hendak diperangi. [2]

[4]. Jihad hendaknya dilakukan dengan penuh rahmat/kasih sayang dan lemah lembut karena jihad tidaklah disyariatkan untuk menyiksa jiwa atau menyakiti orang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Tidaklah kelemah lembutan ada pada sesuatu, melainkan dia akan memperindahnya, dan tidaklah kekerasan ada pada sesuatu melainkan dia akan merusaknya” [Hadits Riwayat Muslim]

Syaikhhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Syaitan selalu menginginkan dari manusia agar mereka berlebih-lebihan dalam semua perkara. Jika syaitah melihat orang tersebut condong kepada kasih sayang maka dia jadikan berlebih-lebihan dalam menyayangi, hingga tidak membenci apa yang dibenci Allah dan tidak cemburu. Tapi jika syaitan melihat orang itu condong kepada sikap kasar/keras, maka syaitan pun menjadikannya berlebih-lebihan hingga tidak berbuat ihsan/baik, lemah lembut dan kasih sayang sesuai dengan yang Allah perintahkan dan dia amat ekstrim dalam membenci dan mencela serta memberi sangsi…” [3]

[5]. Jihad haruslah dipenuhi dengan keadilan dan jauh dari kedzoliman. Ini adalah ketentuan yang penting dalam jihad di jalan Allah, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmannya.

“Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas” [Al-Baqarah : 190]

Dan firmanNya.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, medorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al-Maidah : 8]

Dahulu, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus pasukannya, selalu mewasiati mereka untuk bertakwa dan beliau berkata : “Berjalanlah dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah. Janganlah mecincang (mayat) dan janganlah berbuat curang serta jangan membunuh anak kecil” [Hadits Riwayat Muslim 1731]

Para ulama telah menjelaskan bahwa orang yang tidak ikut berperang dari kaum wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, orang buta, orang-orang yang lemah/sakit, orang-orang gila, dan para pendeta/pastur serta biarawan/biarawati adalah golongan yang tidak layak dibunuh dalam medan jihad karena perang itu ditujukan kepada orang yang memerangi kita ketika kita menampakkan agama Allah. Siapapun dari golongan diatas yang tidak ikut serta memerangi kita maka kita pun tidak boleh memerangi mereka. Yang demikian itu karena Allah membolehkan untuk membunuh jiwa yang dengannya makhluk ini bisa baik, seperti yang Allah firmankan.

“Artinya : Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh” [Al-Baqarah : 217]

Maksudnya bahwa perang itu meskipun terdapat kejelekan dan kerusakan di dalamnya, tapi kerusakan dan fitnah kekafiran lebih dari itu semuanya. Barangsiapa yang tidak menghalangi kaum muslimin dari mendirikan agama Allah, maka bahaya kekafirannya hanya untuk dia sendiri. Oleh karena itulah para ulama berkata : “Para da’i yang menyeru kepad bid’ah yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah layak diberi sangsi, berlainan dengan yang diam (tidak menyeru kepada bid’ah). Semuanya ini termasuk kebaikan Islam dan seruan Islam untuk berbuat adil dan menjauhi segala bentuk penganiayaan dan kedzoliman” [4]

[6]. Jihad (tholab/menyerang ,-pent) haruslah bersama imam kaum muslimin atau dengan seizinnya baik pemimpin/imam tersebut orang yang baik ataupun fasik. Ini diantara kententuan yang paling penting yang harus ada dalam jihad fi sabilillah, karena jihad –khususnya jihad melawan musuh-musuh Allah dengan senjata- tidak bisa dilakukan melainkan dengan kekuatan dan kekuatan tidak bisa diperoleh melainkan dengan persatuan. Dan persatuan tidak dapat terwujud melainkan dengan kepemimpinan. Dan kepemimpinan tidak berjalan melainkan dengan adanya sikap mendengar serta taat (kepada pemimpin). Semua perkara ini saling berkaitan dan tidak sempurna sebagiannya melainkan dengan sebagian yang lain, bahkan tidak akan tegak agama dan dunia ini melainkan dengannya[5].

Ketentuan ini telah dijelaskan dalam sunnah serta ucapan para salaf. Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.

“Artinya : Sesungguhnya imam/pemimpin itu adalah perisai yang (kaum muslimin) berperang dibelakangnya dan menjadikan sebagai tameng” [Hadits Riwayat Bukhari 2957 dan Muslim 1841]

Imam Abu Ja’far Ath-Thohawi berkata dalam Aqidah Thohawiyahnya : “Haji dan jihad senantiasa dilaksanakan bersama ulim amri/pemimpin kaum muslimin yang baik maupun yang dzolim sampai hari kiamat…”.
Imam Al-Barbahari rahimahullah berkata : “Barangsiapa yang mengatakan ; dibolehkan sholat dibelakang setiap imam yang baik maupun fasik dan dibolehkan jihad bersama para kholifah, serta dia tidak memberontak terhadap penguasa dengan mengangkat senjata dan dia mendo’akan kebaikan untuknya, maka sungguh di telah keluar dari ucapan kelompok Khowarij dari awal sampai akhir” [6]

[7]. Jihad di jalan Allah disesuaikan dengan keadaan kaum muslimin, sudah kuatkah atau masih lemah ? karena keadaan bisa berubah setiap waktu dan tempat. Jihad di jalan Allah disyariatkan dalam Islam dengan melalui beberapa tahapan ; Pada waktu di Mekkah belum disyariatlan jihad dengan mengangkat senjata, karena kaum muslimin pada saat itu masih minoritas dan lemah, akan tetapi disyariatkan jihad dengan hati dan lisan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar” [Al-Furqon : 52] ayat ini makkiyah (turun sebelum hijrahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah, -pent)

Firman Allah : “Wajahidhum”. Ibnu Abbas mengatakan : “Dengan Al-Qur’an” seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya. Setelah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan mulai mendirikan negara Islam diizinkan beliau untuk berperang secara mutlak melalui firmanNya.

“Artinya : telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka” [Al-Haj : 39]

Kemudian diwajibkan jihad kepada kaum muslimin serta diperintahkan untuk memerangi orang-orang yang memerangi mereka dan menahan diri dari orang-orang yang tidak mengganggu mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas” [Al-Baqarah : 190]

Setelah itu Allah menurunkan ayat yang memerintahkan untuk berjihad secara mutlak serta tidak menahan diri dari siapapun sampai mereka masuk kedalam agama Allah atau membayar jizyah, seperti yang termaktub dalam firmanNya.

“Artinya : Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan” [Al-Anfal : 39]

Para pakar ulama menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa ayat-ayat tersebut tidak ada yang mansukh/dihapus (hukumnya,-pent) akan tetapi ayat-ayat tersebut berlaku sesuai dengan kondisi yang ada, maka hendaknya kaum muslimin disetiap waktu dan tempat untuk mengambil ayat-ayat tersebut sesuai dengan kemampuan mereka. Apabila mereka dalam keadaan lemah maka jihadnya sesuai dengan kemampuan mereka. Jika mereka lemah maka cukup dengan berdakwah secara lisan. Dan jika mereka telah memiliki sebagian kekuatan maka mereka (dibolehkan) memerangi orang-orang yang memerangi mereka atau yang dekat dengan mereka serta menahan diri dari yang tidak menganggu mereka. Dan apabila mereka telah amat kuat dan memiliki kekuasaan maka (dibolehkan) untuk memerangi semuanya sehingga manusia semuanya masuk Islam atau membayar jizyah. [7]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Barangsiapa diantara kaum muslimin dalam keadaan lemah di suatu tempat atau waktu, maka hendaknya dia mengamalkan ayat kesabaran dan memaafkan orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya dari kalangan ahli kitab maupun orang-orang musyrikin”.[8]

Syaikh Abdurrohman As-Sa’di rahimahullah berkata : “Hendaknya mereka mengetahui bahwa Allah tidak membebani manusia melainkan sesuai kemampuan mereka dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri tuladan mereka. Dahulu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui dua keadaan dalam berdakwah dan berjihad. Beliau diperintah sesuai dengan keadaannya. Disaat kaum muslimin dalam keadaan lemah dan dikuasai musuh beliau diperintah untuk membela diri saja dan mencukupkan diri dengan berdakwah serta menahan diri dari jihad mengangkat senjata, karena hal tersebut lebih banyak madhorotnya. Dan disaat yang lain mereka diperintahkan untuk menolak kejahatan para musuh dengan segala kekuatan yang ada dan berdamai selama terdapat maslahat dalam perdamaian tersebut, serta memerangi orang orang-orang yang melampui batas jika maslahatnya lebih besar. Wajib bagi kaum muslimin untuk meneladani Nabi mereka dalam hal ini. Dan meneladani beliau adalah kemaslahatan dan kesuksesan” [9]

[8]. Jihad haruslah dapat mewujudkan kemaslahatan dan tidak mengakibatkan kemadhorotan yang lebih besar. Yang demikian itu karena Jihad dengan segala bentuknya disyariatkan untuk mewujudkan maslahat dan menolak madhorot dari Islam dan kaum muslimin baik perorangan maupun kelompok. Senantiasa jihad disyariatkan apabila diketahui dengan seyakin-yakinnya atau diperkirakan dengan seksama dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tapi sebaliknya, jika diketahui dengan yakin atau diperkirakan dengan seksama hal tersebut lebih banyak mendatangkan madhorot, maka jihad pada saat itu tidak disyariatkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Seutama-utamanya jihad dan amal shalih adalah yang lebih mentaati Allah dan lebih bermanfaat bagi hamba Allah. Apabila jihad dapat memadhorotkannya serta menghalangi dari yang lebih bermanfaat maka tidak bisa dikatagorikan sebagai amal shalih” [10]

[9]. Kesimpulan : Pondasi dari kaidah-kaidah diatas adalah menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai tolak ukur dalam segala keadaan dan hal tersebut mencakup empat perkara : Aqidah yang benar, Niat yang ikhlas, Kejujuran dalam bertawakkal, dan Mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang mujahid yang tidak berpegang dengan aqidah yang benar maka ucapan dan perbuatannya tidak terlepas dari kerusakan dan penyimpangan, karena benarnya aqidah seseorang adalah pondasi bagi keselamatan ucapan dan perbuatan. Dan seorang mujahid yang tidak berpegang dengan niat ikhlas dalam ucapan dan perbuatannya maka jihadnya bukan karena wajah Allah atau untuk menegakkan kalimatNya bahkan hanya untuk memuaskan hawa nafsunya. Dan mujahid yang tidak jujur dalam bertawakkal kepada Allah maka dia tidak akan bisa istiqomah dalam berjihad di jalan Allah dan dalam memikul beban jihad, bahkan tekadnya bisa cepat lemah dan mudah pesimis dari pertolongan Allah. Dan seorang mujahid yang tidak mengikuti jejak Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka jihadnya tidak akan benar dan tidak jauh dari bid’ah dan penyimpangan. Bahkan jihadnya lebih condoh kepada pengrusakan terhadap dirinya dan selainnya dari pada perbaikan dan seruan kepada jalan Allah yang lurus.

[Diringkas dari kitab “Al-Quthuuful Jiyaad min Hikami wal Ahkaamil Jihaad” hal. 23-35 oleh Syaikh DR Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad, Alih bahasa Abdurrahman bin Thayib]

[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 18 Th IV Muharram 1427H/Peb-Maret 2006M. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya, Jl. Sultan Iskandar Muda 45 Surabaya]
_________
Foote Note
[1]. Pembahasan ini kami ringkaskan dari kitab “Al-Quthuuful Jiyaad min Hikami wal Ahkaamil Jihaad” hal. 23-35 oleh Syaikh DR Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad, Alih bahasa Abdurrahman bin Thayib.
[2]. Lihat Majmu fatawa oleh Syaikhul Islam rahimahullah 28/135-136
[3]. Majmu Fatawa oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah 28/35
[4]. Majmu Fatawa oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah 28/161 dan Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’aad 3/100, 105
[5]. Majmu Fatawa 28/390
[6]. Syarhus Sunnah hal. 57
[7]. Majmu Fatawa oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah 18/131,133,136-137
[8]. Ash-Shoorimul Maslul 2/413
[9]. Wujuubur Ta’awun Bainal Muslimin 5/190
[10]. Majmu Fatawa 22/300

Selasa, 10 November 2009

Buntu

Nampaknya sehari dua ini, masalah dalaman PAS lebih mendapat perhatian media massa mahupun blog2 berbanding kemelut yang berlaku dalam MCA. Masalah PKR juga semakin terdedah dan didedahkan.

Bilakah agaknya kemelut ini akan berakhir? Semakin hari, semakin buntu pula nampaknya.

Penjelasan isu Bai'ah (2) - menolak persepsi dari Utusan Malaysia

Bai'ah jatuh talak tiga terhadap isteri wakil rakyat PAS menjadi isu tumpuan penulis blog hujung minggu lalu, malah Utusan Malaysia menjadikan rencah utama dalam slot berita akhbarnya, sehinggalah kepada terbitannya pada hari ini. Rujuk dibawah. Polemik ini mungkin dimulakan oleh penulis blog zul4kulim yang terkejut dan berterusan terkejut bila mengetahui akan wujudnya bai'ah tersebut.

Penjelasan Isu Bai'ah (2)
Oleh : MRK albanjari/albanjari

Inilah masalahnya apabila ada segelintir penyokong PAS dan ahli PAS yang gagal memahami perjalanan dan perjuangan parti yang mereka dokongi, begitu juga terdapat segelintir blogger yang mengaku sebagai blogger PAS dan mendokongi perjuangan PAS yang turut sama gagal memahami perjalanan dan perjuangan PAS itu sendiri.

Mereka ini sering melihat PAS dari persepsi musuh PAS iaitu Umno, maka kerana itulah PAS ini dipaparkan sebagai parti yang zalim dan sebagainya. Kini isu bai'ah PAS pula menjadi taruhan untuk dijaja serta dijual kepada khalayak, dimana seenaknya mereka mengkritik untuk melemahkan PAS.

Apa masalahnya dengan bai'ah talak tiga itu kepada para pemimpin PAS yang telah memenangi pilihanraya yang kini bergelar YB ADUN atau Ahli Parlimen ? Dimanakah zalimnya ?

Mohon perhati contoh ini, yang mudah untuk difahami. Sejurus kita selesai akad nikah kita akan diwajibkan untuk membaca ikrar atau taklik yang berbunyi
" Apabila saya tinggalkan isteri saya, Safina binti Mochtar selama 4 bulan Hijrah berturut-turut dengan sengaja atau paksaan, atau saya atau wakil saya tiada memberi nafkah yang selayaknya kepadanya selama tempoh masa yang tersebut, pada hal dia taatkan saya, atau saya melakukan sebarang mudarat atau lazim menyakiti tubuh badannya, kemudian dia mengadu kepada Mahkamah Syariah, dan apabila sabit aduannya, di sisi Mahkamah Syariah, dan dia memberi kepada Mahkamah Syariah yang menerima bagi pihak saya SEPULUH RINGGIT maka pada ketika itu tertalaq dia dengan TALAQ KHULU' ( tebus talak ).."
Apa tujuan kita ( para pengantin lelaki ) diwajibkan untuk membaca lafaz taklik berkenaan kemudian menandatangani taklik tersebut sejurus kita selesai akad nikah ?

Antara lain tujuanya ialah untuk menjaga maslahat dan kebajikan isteri supaya para suami tidak menganiayai isteri dengan meninggalkannya sesuka hati kemudian menghalang para suami dari mendera atau memukul isteri disamping memberikan nafkah yang selayaknya kepada para isteri sesuai dengan amanah dan tanggungjawab sebagai seorang suami kepada isterinya.

Langkah yang sama juga diambil oleh PAS untuk menegah dan menghalang setiap pemimpinnya yang telah memenangi kerusi dalam sesuatu pilihanraya agar tidak memudaratkan parti dan warga yang diwakilinya.

Langkah ini diambil setelah pihak PAS melihat sejarahnya yang silam apabila ada sebahagian ADUN-ADUNnya yang melompat parti dan runtuhnya kerajaan PAS di Kelantan dan Terengganu pada satu ketika dahulu akibat dari Adun-Adunnya melompat dan menikam PAS dari belakang.

Setelah melihat insiden melompat parti ini, bakal merubah lanskap politik PAS itu sendiri lalu ia mengambil pandangan daripada gerakan islam di luar negara bagaimana mereka dapat mengikat ahli-ahli dan pemimpin-pemimpin mereka daripada 'khianat kepada gerakan dan parti mereka maka diantaranya bai'ah talak tiga ini adalah salah satu daripada penyelesaiannya.

Bagi saya bai'ah talak tiga ni bukanlah rahsia kepada umum bahkan ia telah kerap kali diulang-ulang dalam siri ceramah di pentas ceramah para pemimpin PAS sejak dahulu lagi, bahkan saya sendiri telah acap kali mendengarnya dalam ceramah pimpinan di sekitar Perak, Selangor dan Pahang sejak sejurus pilihanraya lalu. Bagi mereka yang tidak pernah turun mendengar ceramah PAS tentunya akan merasakan ini adalah perkara baru bagi mereka kerana mereka sibuk menjadi blogger 'pencacai' yang menghentam PAS walaupun mengaku sebagai ahli PAS.

Bagi pengkagum dan ahli UMNO, PKR mahupun DAP mungkin inilah pertama kalinya mereka mendengar tentang isi kandungan bai'ah PAS.

Dalam isi kandungan bai'ah PAS ini bukan setakat isu talak tiga sahaja yang wajar dilihat, malah ia patut dilihat kepada keseluruhan kandungannya, bahkan turut disebut juga antaranya ialah apabila,
"saya mengkhianati parti dan melompat parti maka haramlah segala gaji dan pendapatan saya dan saya wajib meletakan jawatan sebagai ADUN / MP". Setiap perenggan yang terkandung dalam bai'ah ini juga dimulakan dengan lafaz sumpah Wallahi, wa Billahi dan Watallahi seperti layaknya sebagai satu sumpah yang menurut syara..'.

Cuba kita bayangkan hampir tiga tahun kerajaan PAS Kelantan yang mampu bertahan dengan kelebihan 1 kerusi memerintah Kelantan sebelum PRU 12 yang lalu diantaranya adalah kerana lafaz taat setia dan baiah ini. Para pemimpin PAS bergelar ADUN di Kelantan tidak ada seorang pun yang termakan dengan godaan berjuta ringgit dari Umno untuk mereka melompat parti kerana adanya bai'ah seperti ini selain dari taat setia dan amanah terhadap tanggungjawabnya terhadap parti.

Disamping mengikat seseorang pemimpin PAS itu dengan Allah swt. wajar juga ia diikat dengan persekitarannya seperti mengHARAMkan gajinya atau tertalak isterinya adalah merupakan kifarah yang terpaksa ditanggung apabila mereka mengkhianati parti, dan apakah itu tidak setimpal dengan perbuatan mereka?

Lafaz ini hanya akan terpakai apabila seseorang pemimpin PAS itu bertindak melompat parti dan begitu jugalah halnya dengan lafaz taklik perkahwinan kita yang hanya akan terpakai apabila kita meninggalkan isteri kita dalam tempoh yang tertentu atau kita menganiaya mereka dan mereka mengadukan perkara tersebut di mahkamah syariah. Jadi apa masalah besar kepada bai'ah ini ?

Bagi PAS inilah jalan yang terbaik untuk mencegah penyakit 'lompat katak' para pemimpinnya yang bukan mudah-mudah bagi mereka bertenggek dengan kemenangan yang mereka perolehi bersama PAS, dan akan meninggalkan PAS apabila mereka telah bergelar YB.

Zalim kepada wanita ?

Tidak timbul isu menzalimi wanita yang merujuk kepada isteri-isteri YB PAS sekiranya mereka masih istiqamah berjuang bersama PAS begitulah juga kepada pemimpin Muslimat PAS yang telah bergelar YB juga tidak terlepas daripada terus bersama menjunjung dan menggalas perjuangan PAS.

Bagi Umno dan segelintir pemimpin-pemimpin PKR dan para blogger mereka (baca blogger BPN dan sewaktu dengannya) yang tidak puas hati dengan bai'ah PAS ini, itu urusan mereka kerana mereka itu bukannya pemimpin pas yang melafazkan bai'ah tersebut, maka mereka tidak terkesan sedikitpun secara langsung dengannya.

Ada pendapat cukup sekadar lafaz lian dengan sumpah laknat sudah memadai untuk mengawal para pemimpin daripada melompat parti, lihatlah seperti 3 ADUN PKR yang melompat di Perak hingga tumbangnya kerajaan PR Perak dan seorang di Selangor, apa yang parti mereka boleh buat terhadap tindakan mereka ? Bahkan SPR sendiri pun menolak surat akujanji mereka. Maka isu seperti inilah dan kejadian seperti inilah yang menjadi sempadan kepada PAS untuk menjaga kestabilan parti.

Jika tidak sanggup untuk melafazkan bai'ah bersama PAS, maka tidak perlulah mereka ini dinamakan sebagai calon pilihanraya PAS, dan ia boleh diganti dengan nama-nama dan calon-calon lain, apa susahnya ? Yang susah ialah mereka yang dengan sengaja memandang dan memainkan isu ini dari kacamata mereka, lebih-lebih lagi jika mereka ini orang luar dari PAS.

Isu rumahtangga kita, mengapa perlu campur tangan orang ketiga ? Tapi kalau dah namanya musuh, mereka akan sedaya upaya melemahkan dan memporak perandakan keharmonian PAS setelah segala isu yang dijaja sebelum ini berjaya dirungkai satu persatu, maka terciptalah pula isu bai'ah ini, yang mungkin bagi mereka ia boleh meletupkan PAS.

Kepada mereka yang menyokong dan ahli PAS, sepatutnya tidak mempersoalkan bai'ah ini kerana ia bukanlah satu rahsia kepada ahli kerana ia telah diumum dan disebutkan dalam banyak ceramah para pimpinan sebelum ini cuma waktu itu ia mungkin ramai yang tidak perasan dan mendengar sambil lalu sahaja.

Mahukah anda melihat para pemimpin kita yang telah bergelar YB dengan mudah-mudah melompat dan mengkhianati undi anda, dan anda sebagai ahli PAS ? Lihat dengan mata yang terang, otak yang lapang, jika anda sebelumnya bertungkus lumus bekerja untuk memenangkan mereka sebagi calon PAS, tetapi berbaloi-baloikah kerja dan usaha anda sebagai ahli PAS jika setelah kemenangan diraih, mereka semudah Osman melompat parti ? Sekadar contoh. Apakah anda tidak kecewa dan marah terhadap tindakan mereka itu jika pemimpin kita yang kita amanahkan melompat dari PAS ?

Terlalu banyak kebaikannya dari keburukan tentang bai'ah PAS ini kepada ahli dan penyokong serta organisasi PAS itu sendiri.

Kepada mereka yang masih buta hati tentang bai'ah ini, silalah mengundur diri dari terus membicarakan isu bai'ah ini kerana anda sebenarnya bukanlah ahli dan penyokong PAS dan bagi blogger yang mendakwa ahli dan penyokong setia kepada PAS janganlah menulis sesuatu yang anda sendiri tidak menjiwainya, dan janganlah pula anda salah seorang yang dilihatsebagai agen yang merosak dalaman parti !

Kita akan terus wala' kepada pimpinan selagi pimpinan taatkan Allah dan Rasulnya dan selagi pimpinan tidak menyuruh kepada kemungkaran dan menghalang yang makruf. Kita sewajarnya menyokong segala polisi yang difikirkan baik untuk memperkasakan organisasi parti dan bertindak untuk menentang segenap serangan musuh yang teringin melihat PAS porak peranda. Wallahualam.

(*) Artikel ini disunting semula dengan penambahbaikan oleh editor utama. Dilulus untuk siar terbit oleh Ketua Lajnah Penerangan PAS Pusat di albanjari Online.

TA’LIQ CERAI ISTERI BIMBANG KHIANAT PARTI?

Sumpah tidak akan berlaku, melainkan dengan menyebut salah satu dari nama-nama Allah, juga salah satu dari sifat-sifat Allah yang maha sempurna. Cumanya, dita’liqkan pula dengan menceraikan isteri. Bermakna, ia bermaksud bersumpah disamping diwujudkan kalimah ta’liq cerai isteri.

Ta’liq menceraikan isteri dianggap seperti memperdagangkan perempuan, merupakan satu tuduhan yang tidak berasaskan kepada ilmu. Ini kerana, dalam setiap pernikahan di seluruh Malaysia, ta’liq ini wujud dikala akad nikah berlaku. Seperti, selepas akad nikah, pengantin lelaki diminta oleh Juru Nikah agar membaca ta’liq yang kandungannya lebih kurang begini;

“sesudah minah binti mamat sah menjadi isteriku, lalu aku telah meninggalkannya selama 4 bulan berturut-turut, tanpa mendapat nafkah zahir dan batin, ketika itu, terfasakhlah nikah ini”.

Jika ta’liq isteri dianggap sebagai amalan jahiliyyah, mengapa ta’liq yang sudah sedia diamalkan di seluruh malaysia seperti ini, tidak dianggap sebagai amalan jahiliyyah??

Mungkin ini yang perlu YB Zul Kulim kena jawab????

TA’LIQ CERAI ISTERI

Ta’liq cerai isteri jika khianat parti menjadi isu yang dimainkan oleh UMNO/ BN. Semuanya telah terbocor, ekoran pertemuan tertutup (mungkin tidak sulit kot) antara beberapa pimpinan PAS dengan blogger-blogger UMNO.

Mungkin kita perlu lupakan masalah mainan parti murahan UMNO yang maha bodoh lagi maha bangsat itu. Yang penting kita nyatakan, dari segi hukum, apakah tindakan tersebut bersalah atau tidak?

Berpolitik dalam islam merupakan satu tuntutan. Tuntutan itu berpunca, ia bertujuan untuk melaksanakan satu amanah yang merupakan maslahah ’Ammah (baca : maslahah umum), demi menolak mudharat yang besar.

Tujuan berpolitik adalah, untuk melaksanakan islam atas muka bumi; melaksanakan keadilan dan menolak kezaliman. Perlaksanaan keadilan dan menolak kezaliman ini, merupakan tuntutan syarak yang bersifat umum; melibatkan rakyat secara menyeluruh.

Adapun ta’liq cerai isteri, ia bersifat individu. Lantaran, ia bersifat khusus. Justeru, apabila bertembung antara dua mudharat, iaitu mudharat kepada rakyat secara umum, dengan mudharat kepada isteri yang bersifat khusus, maka, hendaklah didahulukan menjaga mudharat yang lebih umum.

SAYANGKAN PARTI MELEBIHI ISTERI?

Tidak selayaknya ditimbulkan, apakah tindakan sebegitu meletakkan kesayangan parti melebihi Isteri. Yang patut ditimbulkan adalah, mengkhianati amanah rakyat perlu dijaga berbanding menyayangi isteri.

Amanah rakyat bersifat umum, sedangkan sayangkan isteri bersifat khusus. Amanah rakyat, melibatkan individu-individu yang ramai, sedangkan sayangkan isteri melibatkan individu tertentu.

Mana yang perlu didahulukan, antara keuntungan individu tertentu, dengan keuntungan individu yang ramai?

Bukankah, Nabi SAW pernah bersabda;

وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ

Maksudnya;
“Sesungguhnya kelebihan orang alim berbanding ahli ibadat seperti lebihnya bulan yang mengambang berbanding seluruh bintang” (Abu Daud : 3157)

Hadis ini, Nabi SAW menggambarkan wujudnya kelebihan orang alim berbanding orang abid. Ini kerana, orang alim mampu memberikan manfaat ilmunya kepada ramai manusia, walhal perkara ini tidak dapat dilakukan oleh ahli ibadat, yang mana ibadatnya yang dimanfaatkan, hanya untuk dirinya sendiri sahaja.

Dengan kata lain, hadis ini, Nabi SAW ingin menyatakan bahawa manfaat untuk orang ramai lebih didahulukan berbanding manfaat yang tidak boleh dimanfaatkan oleh orang lain.

Maka, keadaan yang sama juga dalam perkara yang melibatkan lafaz ta’liq cerai isteri demi menjaga amanah rakyat.

KASIH SAYANG DAN AMANAH RAKYAT

Apabila ini difahami, nyata betapa amanah rakyat perlu dijaga. Pengkhianatan terhadap rakyat, perlu dibuang jauh. Justeru, bagi mereka yang menyayangi isteri, maka jangan sekali-kali melakukan tindakan yang boleh mengkhianati amanah rakyat. Jika mereka melakukan juga pengkhianatan terhadap amanah rakyat, bermakna dia tidak menyayangi isterinya sendiri.

Justeru, apabila keadaan ini berlaku, sudah pasti isteri yang menyayangi suaminya akan sentiasa memberi peringatan kepada suaminya yang telah menjadi YB agar sentiasa menunaikan amanah rakyat, dan tidak mengkhianatinya.

Apabila keadaan ini wujud, sudah pasti terbukti wujudnya kasih sayang antara suami isteri; iaitu suami tidak mengkhianati amanah rakyat demi menyayangi isteri, dan isteri sentiasa memberi peringatan kepada suami agar tidak mengkhianati amanah rakyat, kerana isteri sayangkan suaminya.

Apabila keadaan ini berlaku, sudah pasti kasih sayang antara YB dan isterinya nyata wujud, disamping kedua-dunya mendapat pahala mempertahankan amanah rakyat dengan tidak mengkhianatinya.

Cumanya, mungkin isu ini akan dijadikan mainan musuh, lantaran itu, akan melahirkan satu persepsi buruk PAS tentang wanita. Justeru, pihak media PAS perlu bijak dan pandai bermain dengan mainan musuh, agar persepsi buruk PAS tentang wanita ini tidak terwujud sama sekali.

Sekian

Wallahu ’Alam

Al-Bakistani
ustaz_bakistani@yahoo.com

Isnin, 2 November 2009

Assalamualaikum wbrt...


Dalam pemerhatian aku, dunia IT hari ini telah berjaya melahirkan manusia-manusia kreatif dalam menganalis sesuatu peristiwa dan masalah yang berlaku. Hal ini tidak terkecuali dalam soal politik khususnya politik Malaysia. Kita boleh mengakses banyak maklumat politik tanahair meskipun kurang sejam berada depan PC atau notebook. Banyak blog-blog Pro BN mahupun Pro PR yang boleh kita akses.......

Di alam siber ini, orang UMNO boleh menjadi orang PAS, begitu juga orang PAS pasti boleh jadi orang UMNO...... siapa tahu kan? Malah sesiapa sahaja boleh mengaku dan mendakwa dia ahli PKR, PPP, MCA, MIC, DAP atau GERAKAN.

Aku tertarik dengan isu ini kerana apa yang aku perhatikan, banyak blog-blog yang mengkritik pimpinan PAS khususnya tanpa adab sebenar sebagai seorang ahli jamaah Islam. Bahasa yang mereka gunakan amat jelik sekali tetapi mengaku ahli PAS. Begitu juga dengan berita yang tersebar amat mudah dipercayai meskipun tanpa asas dan kenbenarannya. Mereka yang mengaku ahli PAS ini terlalu mudah menyebarkan fitnah yang memburuk-burukkan pimpinan. Pantang sekali pimpinan tersalah kata, pasti akan dibelasah cukup-cukup.

Kadang-kadang aku juga terkeliru dan terpengaruh dengan mereka ini.....Buat semua penyokong dan pendokong jamaah Islam PAS, marilah sama-sama kita sedar dan insaf akan perkara ini. Mereka tidak senang bila melihat kita bersatu hati untuk memenangkan Islam. Mereka risau bila kita menjadi pilihan rakyat pelbagai kaum.

Namun begitu, tidak terkecuali juga kepada ahli PAS yang suka mengkritik dari menguatkan jamaah. Apa yang penting, pentarbiyyahaan ahli perlu dipergiatkan, usrah harus diperkasakan lagi.

Teguhkan Jamaah, Teruskan Jihad.... Allahuakbar